Pernah Tren di Eranya, Khasanah Budaya dan Kesenian Qasidah di Kota Bima akan Kembali Hidup

Kota Bima, BRIDA_
Qosidah adalah seni yang menjadi bagian penting dalam rangka syiar islam di Indonesia, sejak awal kemunculannya, seni Tarik suara yang diiringi dengan alat musik rebana ini telah diakui menjadi salah satu daya Tarik tersendiri pada khasanah kesenian islam. Kementerian Agama Republik Indonesia memiliki perhatian yang cukup besar melestarikan kesenian ini dengan membentuk Lembaga Seni Qasidah Indonesia (LASQI) di setiap Daerah termasuk di Kota Bima. “LASQI merupakan bagian penting dari ummat islam, untuk itu Kementerian Agama terus memberikan perhatian terhadap seni qasidah yang merupakan salah satu syiar islam, yang juga termasuk didalam dakwah kontemporer,” ujar Walikota Bima, H Muhammad Lutfi, SE, saat membuka Festifal Qasidah Bintang Vokalis dan Pop Religi yang diprakarsai oleh DPD LASQI Kota Bima, di Convetion Hall Paraga Nae, Kamis (20/7/2023).
Walikota menyatakan, Festival Qasidah dan Pop Religi yang digelar oleh DPD LASQI Kota Bima selain melestarikan seni budaya islam sebagai bagian dari khasanah budaya bangsa serta memperkuat nilai religi dan budaya islam di tengah masyarakat, juga sebagai ajang mencari bibit unggul yang akan diikutkan pada Festival LASQI tingkat Provinsi NTB yang akan dilaksanakan di Kabupaten Sumbawa Barat pada Agustus 2023.
Sebagai pemimpin yang memiliki perhatian besar dalam dakwah dan syiar islam, ia berjanji akan terus melestarikan kesenian tersebut sebagai bagian dalam kehidupan bermasyarakat di Kota Bima.
Festival tersebut diikuti 10 peserta yang berasal dari 5 kecamatan se Kota Bima terdiri dari peserta Pop Religi 9 orang, dan 4 peserta Qasidah, para pemeng lomba akan mewakili Kota Bima di LASQI tingkat Provinsi NTB.
“Festival ini akan terus diadakan, selain untuk melestarikan budaya yang bernafaskan islam, juga untuk menggali potensi masyarakat,” ujarnya.
Festival tersebut menurutnya, harus menjadi pendorong semangat anak muda dan masyarakat untuk melestarikan nilai dan khasanah kesenian bernafaskan islam, karena selama ini terkesan qasidah hanya dimiliki oleh majelis taqlim.
“Di jaman sekarang, Kita lebih banyak mendengar lagu yang memuji manusia, jarang sekali ada lagu yang dinyanyikan dengan memuji Allah dan Rasulullah, ini yang mesti kita semua harus sadari, agar kelangsungan kesenian yang menunjukan kecintaan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa harus tetap dijaga dan dipertahankan,” ujarnya.
Ia berharap festival akan memberikan contoh yang sangat bernilai positif untuk masyarakat, dapat menumbuhkan pikiran-pikiran yang islami di tengah masyarakat, sehingga masyarakat Kota Bima bisa tumbuh dengan nilai-nilai religi yang memperkuat kecintaan terhadap Tuhan.
“Mari kita berikan apresiasi dan dukungan penuh untuk anak-anak kita yang mengikuti festival ini untuk kita antarkan ke tingkat provinsi bahkan tingkat Nasional, mudah-mudahan prestasi yang diraih peserta akan lebih baik dari tahun sebelumnya,” ajaknya.
Perhatian H Muhammad Lutfi, SE untuk Syiar Islam di Kota Bima sangat besar, demikian juga sang istri Hj Elya juga selalu terlibat aktif dalam Upaya dakwah islah melalui Majelas Taklim Uswatun Hasanah yang dipimpinnya, selain itu Hj Eliya yang akrab disapa Umi Eli itu hingga saat ini diketahui memimpin DPD LASQI Kota Bima. Berbagai kegiatan telah digelar organisasi tersebut dalam rangka dukungan kuat terhadap syiar islam di Kota Bima melalui perpaduan budaya dan seni yang terhimpun dalam LASQI.(PPID-BRIDA)