Tim Peneliti BRIDA Temukan Fakta Menarik Soal Pengelolaan Sampah di TPA

Kota Bima, BRIDA_

Badan Riset dan Inovasi daerah (BRIDA) melakukan kajian pengelolaan sampah Kota Bima. Kajian itu meliputi  pengelolaan sampah dari rumah warga hingga tempat pembuangan Akhir (TPA) Kelurahan Oimbo.

Tim  peneliti BRIDA yang dipimpin Kepala Bidang Pengembangan dan Pemanfaatan Riset (PPR) Fahrul Annas, SE, mengnjungi TPA setelah sebelumnya mengumpulkan data pendukung berkiatan dengan system pengelolaan sampah.

Kunjungan itu dimaksudkan untuk Mensinkronisasi data termasuk studi dokumentasi sehubungan dengan penyusunan kajian pengelolaan sampah di Kota Bima pada lokasi Tempat Pemoresasn Akhir (TPA) Oi Mbo Kec. Rasanae Timur Kota Bima.

Ketua Tim  peneliti, BRIDA Kota Bima, Asryadin, SST,MSi, mengungkapkan, dari hasil pantauan langsung maupun wawancara dengan pengelola sampah didapat beberpaa informasi diantaranya,


Kota Bima memproduksi sampah sekita 81 ton setiap harinya namun terjadi peningkatan produksi sampah sampai dengan lebih dari 100 ton misalnya pada musim hujan, Setiap harinya, 21 unit dumptruk secara rutin melakukan pengangkutan sampah dengan 3 shift (pagi,siang,sore) dengan kapasitas sekitar 6 m3 setiap kali pengangkutan oleh 1 unit dumptruk

Beberapa unit sarpras pendukung tersedia seperti dumptruk, hexavator, mini loader dll meskipun belum maksimal, Awalnya TPA Oi mbo menggunakan prinsip sanitary land field, namun tidak maksimal dan tidak beroperasi lagi sejak 2017.

Beberapa prasaranan yang belum tersedia di TPA seperti jembatan timbang dan belum tersedia sarana pencucian mobil pengangkut sampah setiap selesai beroperasi, Saat ini, mekanisme pembuangan sampah di Kota Bima hanya menggunakan prinsip Kumpul - Angkut – Buang.

Metode pemrosesan akhir yang paling ideal untuk diterapkan di TPA adalah metode Sanitary land field dengan 2 keuntungan yang dapat diperoleh, di TPA Kota Bima terdapat conveyor yang seharusnya digunakan untuk pemresasn sampah namun tidak berfungsi, selain itu, di TPA juga terdapat instalasi pengolahan limbah (IPAL) yang juga tidak berfungsi

 “Kami masih melakuan Kajian lengkap tentang masalah ini dan meyusun hasil dari penelitian yang dilakukan,” ujarnya.

Terpisah, Kepala UPT TPA, Yudi, mengaku sudah 8 tahun menjadi petugas pengelola di Lokasi, namun beberapa kebutuhan masih tetap belum bisa terpenuhi untuk mendukung pengelolaan sampah di Lokasi TPA, seperti kurangnya mini loader, dan kerusakan pipa pengolah limbah.

Ia mengaku untuk proses pemadatan tidak bisa dilakukan secara maksimal, dan para petugas di Lokasi tersebut hanya mengurai sampah agar merata di Lokasi pembuangan. “Seharusnya pemilahan sudah mulai dilakukan di rumah tangga, sehingga terpisah antara sampah organic mapun non organic,” ujarnya.

Ia bilang, pengaktifan Kembali bank sampah di setiap rumah rumah warga di setiap kelurahan mesti menjadi salah satu rekomendasi yang harus dilakukan untuk memudahkan pemrosesan sampah. “Jika hal itu tidak segera dilakukan, maka sampah jumlahnya banyak itu akan tidak mampu teratasi dengan ketersediaan lahan yang ada,” jelasnya.

Kendati ada penambahan areal untuk TPA, namun hal itu tidak menjawab semua persoalan, ada banyak yang masih dibutuhkan untuk proses pengeloaan sampah hingga menjadi sampah padat.(PPID-BRIDA)