Kota Bima, BRIDA_

Staf Ahli Bidang Pemerintahan Setda Kota BIma, Drs. H Muhtar, MH, digelar Kamis, 2 Oktober 2025 membuka secara resmi Focus Discussion  (FGD) studi Fenomenologi Kontruksi Makna Budaya Maja Labo Dahu pada pimpinan perangkat Daerah Pemerintah Kota Bima di Museum Sampa Raja. Kegiatan tersebut dihadiri sejumlah kepala OPD, para peneliti budaya, serta mahasiswa. Acara itu menjadi bagian Kerjasama antara peneliti Universitas Mbojo dengan BRIDA Kota Bima.

Drs. H. Muhtar mengaku bersyukur masih ada Sebagian kalangan intelektual yang mau peduli   tentang budaya Maja Labo Dahu sebagai bahan penelitian, konsep tersebut menurutnya Adalah falsafah hidup orang Bima yang dipegang teguh sejak lama, dan mulai terlihat tidak bermakna lantaran makna Maja Labo Dahu tidak diteruskan ke generasi. “Padahal sejak dulu Kita selalu diingatkan oleh [ara orangtua Kita untuk berpegang teguh pada nilai Maja Labo Dahu, Maja yang artinya Malu terhadap sesama untuk berbuat dosa, sedangkan Dahu berarti selalu Takut kepada Tuhan untuk melakukan perbuatan dosa, saat ini interasksi Kita sudah bergeser dari nilai nilai tersebut,” urainya.

Sementara itu, ketua Yayasan Museum Sampa Raja, Dr. Dewi Ratna Muchlisa Mandyara, SE, M.Hum, yang juga seorang pegiat budaya Bima, menyatakan, Moto Maja Labo Dahu seharusnya terus digaungkan, sebab moto teersebut ibarat Fu’u Mori (Tiang Kehidupan) bagi Masyarakat Bima sebagai landasan berinterasksi dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.

Dewi menjelaskan, moto Maja Labo Dahu orang Bima juga dijelaskan secara makna dalam Bahasa melayu, sebab konsep ini menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dengan kehidupan Masyarakat Bima yang menjunjung tinggi nilai nilai adab serta budaya. “Kita sudah sepatutnya terus menggali kekayaan Budaya Kita yang dituangkan dalam bentuk sastra dan Bahasa tutur, sebab dalam sastra tentu ada makna yang tersurat maupun yang tersirat yang ingin disampaikan,” ujarnya.(PPID-BRIDA)